BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif
tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara
bertahap tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mempengaruhi
siswa. Faktor-faktor ini umumnya dapat dibagi
enjadi dua kelompok yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang
menunjang pembelajaran, seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik pancaindra,
dan skema berpikir. Faktor ekstern merupakan segala sesuatu yang berasal dari
luar diri siswa yang mengkondisikannya dalam pembelajaran, seperti pengalaman,
lingkungan sosial, metode belajar-mengajar, strategi belajar-mengajar,
fasilitas belajar dan dedikasi guru. Keberhasilannya mencapai suatu tahap hasil
belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap
selanjutnya.
Proses belajar dalm pendidikan
kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam empat kelompok besar, yakni faktor
materi, lingkungan, instrumental, dan faktor individual subjek belajar. Sedangkan
tujuan Proses Belajar dalam Kesehatan adalah menjadikan kesehatan sebagai suatu yg bernilai di
masyarakat, menolong
individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk
mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat
sarana pelayanan kesehatan yang ada
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
kami jelaskan di sini sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan proses belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan
kesehatan?
3. Bagaimana proses belajar dalam pendidikan
kesehatan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari
makalah ini, antara lain :
1. Agar
mahasiswa mengetahui tentang proses belajar
2. Agar
mahasiswa mengetahui tentang pendidikan kesehatan
3. Agar
mahasiswa mengetahui bagaimana proses belajar dalam pendidikan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses
Belajar
2.1.1
Pengertian Belajar
· Arti belajar dalam konsep Amerika
Menurut konsep Amerika, pengajaran diperlukan
untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup
bermasyarakat.
· Arti belajar dalam konsep Eropa
Arti
belajar agak sempit, hanya mencakup menghapal, mengingat, dan mereproduksi
sesuatu yang dipelajari
· Arti belajar dalam konsep umum
Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu
yang berguna untuk hidup. Menurut Gagne (1984 ) belajar didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu
pengalaman.
2.1.2 Ciri-Ciri Belajar
1.
Belajar
adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang
belajar, baik aktual maupun potensial.
2.
Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu
yang relatif lama.
3.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan.
2.1.3
Teori dalam Proses Belajar
1.
Teori Belajar Gestalt
Beranggapan bahwa setiap fenomena terdiri dari suatu kesatuan esensial yang
melebihi jumlah dari unsur-unsurnya.Bahwa keseluruhan(gestalt) itu tidak sama dengan penjumlahan.Keseluruhan itu lebih dari
bagian-bagiannya.Selanjutnya para ahli psikologi gestalt menyimpulkan bahwa seseorang dikatakan belajar apabila ia
memperoleh,pemahaman dalam situasi yang problematis.Untuk memperoleh pemahaman
itu,kita harus berhadapan dengan problem
solving.
2. Teori Belajar
Menghafal Dan Mental Disiplin
a.
Teori menghafal
Belajar
adalah menghafal, dan menghafal adalah usaha mengumpulkan pengetahuan melalui pembeoan
untuk kemudian digunakan bilamana diperlukan.Dalam teori ini, orang yang sedang
belajar disepertikan dengan burung beo.Teori ini tidak seluruhnya benar sebab
dalam proses belajar, subyek belajar adalah manusia yang dapat berpikir dan
mempunyai tujuan,yakni terjadinya hal-hal baru yang bermanfaat pada dirinya.
b.
Teori mental disiplin
Menurut
teori ini belajar adalah mendisiplinkan mental. Disiplin mental ini,dapat
diperoleh melalui latihan terus menerus secara kontinu,berencana dan teratur.Berdasarkan
teori,manusia mempunyai beberapa jenis daya,seperti daya pikir,daya
fantasi,daya tangkap,daya ingat,daya mengamati dan sebagainya.Daya-daya
tersebut diperkuat,dikembangkan dan dipertajam melalui latihan-latihan
tertentu.Dalam melatih daya pikir,ada dua faktor penting.
·
Faktor asah otak
Gambaran yang
ekstrem tentang latihan daya pikir ini ibarat pisau yang perlu selalu diasah
supaya tetap tajam,sehingga siap dipergunakan sewaktu-waktu.Demikian pula hasil
latihan daya pikir dalam berbagai bidang studi bukan saja untuk menguasai
bidang studi itu an sich, tetapi daya
yang sudah terlatih itu dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah apa saja
yang ditemukan dalam segala bidang kehidupan.
·
Faktor transfer
Dalam
kehidupan sehari-hari faktor transfer sering di jumpai di dalam belajar tentang
suatu keterampilan ata pengetahuan yang lain. Dengan kata lain, ketika kita
mempelajari sesuatu yang baru, akan dipermudah dengan pengetahuan-pengetahuan
yang sebelumnya sudah dimiliki.
3. Teori Asosiasi
Teori ini dirintis oleh John Lock dan Herbart. Menurut teori ini belajar adalah
mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabung-gabungkan tanggapan dengan jalan
mengulang-ulang.Yang dimaksud dengan tanggapan di sini adalah suatu lukisan
yang timbul dalam jiwa sesudah diadakan pengamatan.
Jadi,belajar ialah mengulang-ulang di dalam mengasosiasikan
tanggapan-tanggapan, sehingga reproduksi yang satu dapat menyebabkan reproduksi
yang lain dalam ingatan kita.
Konsekuensi dari teori ini adalah bahwa pengajar harus sebanyak mugkin
memberikan stimulus (S) kepada subjel belajar untuk menimbulkan respons (R).
4. Teori Belajar Sosial (Social
Learning)
Untuk melangsung kehidupan, manusia
perlu belajar. Dalam hal ini ada 2 macam belajar, yaitu belajar secara fisik,
misalnya menari, olah raga, mengendarai mobil, dan sebagainya, dan belajar
psikis.
Dalam
belajar psikis ini termasuk juga belajar sosial (social learning) dimana
seseorang mempelajari perannya dan peran-peran orang lain dalam konteks sosial.
Selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya dengan peran orang
lain atau peran sosial yang telah dipelajari.
Cara yang
sangat penting dalam belajar sosial menurut teori stimulus-respons adalah
tingkah laku tiruan (imitation). Teori dengan tingkah laku tiruan yang penting
disajikan disini adalah teori dari Millers, NE dan Dollard, serta teori Bandura
A. dan Walter RH.
a. Teori
Belajar Sosial dan Tiruan Dari Millers dan Dollard
Pandangan Millers dan Dollard
bertitik tolak pada teori Hull yang kemudian dikembangkan menjadi teori
tersendiri. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu merupakan hasil
belajar. Oleh karena itu untuk memahami tingkah laku sosial dan proses belajar
sosial, kita harus mengetahui prinsip-prinsip psikologi belajar.
Prinsip belajar itu terdiri dari 4,
yakni dorongan (drive), isyarat (cue), tingkah laku balas (respons), dan
ganjaran (reward). Keempat prinsip ini saling mengait satu sama lain, yaitu
dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi respons, respons menjadi ganjaran,
dan seterusnya.
Dorongan
adalah rangsangan yang sangat kuat terhadap organisme (manusia) untuk
bertingkah laku. Stimulus-stimulus yang cukup kuat pada umumnya bersifat
biologis seperti lapar, haus, seks, kejenuhan, dan sebagainya.
Stimulus-stimulus ini disebut dorongan primer yang menjadi dasar utama untuk
motivasi. Menurut Miller dan Dollard semua tingkah laku (termasuk tingkah laku
tiruan) didasari oleh dorongan-dorongan primer ini.
Isyarat
adalah rangsangan yang menentukan bila dan dimana suatu respons akan timbul dan
terjadi. Isyarat ini dapat disamakan dengan rangsangan diskriminatif. Didalam
belajar sosial, isyarat yang terpenting adalah tingkah laku orang lain, baik
yang langsung ditujukan orang tertentu maupun yang tidak, misalnya anggukan
kepala merupakan isyarat untuk setuju, uluran tangan merupakan isyarat untuk berjabat
tangan.
Mengenai
tingkah laku balas (respons), mereka berpendapat bahwa manusia mempunyai
hirarki bawaan tingkah laku. Pada saat manusia dihadapkan untuk pertama kali
kepada suatu rangsangan tertentu maka respons (tingkah laku balas) yang timbul didasarkan
pada hirarki bawaan tersebut. Setelah beberapa kali terjadi ganjaran dan
hukuman maka tingkah laku balas yang sesuai dengan faktor-faktor penguat
tersebut disusun menjadi hirarki resultan (resultant hierarchy of respons).
Disinilah
pentingnya belajar dengan coba-coba dan ralat (trial and error learning). Dalam
tingkah laku sosial, belajar coba-ralat dikurangi dengan belajar tiruan dimana
seseorang tinggal meniru tingkah laku orang lain untuk dapat memberikan respons
yang tepat. Sehingga ia tidak perlu membuang waktu untuk belajar dengan
coba-ralat.
Ganjaran adalah rangsang yang
menetapkan apakah tingkah laku balas diulang atau tidak dalam kesempatan yang
lain. Menurut Miller dan Dollard ada 2 reward atau ganjaran, yakni ganjaran
primer yang memenuhi dorongan-dorongan primer dan ganjaran sekunder yang
memenuhi dorongan-dorongan sekunder.
Lebih lanjut mereka membedakan 3
macam mekanisme tingkah laku tiruan, yakni :
a.. Tingkah Laku Sama
Tingkah laku ini terjadi pada 2
orang yang bertingkah laku balas (respons) sama terhadap rangsangan atau
isyarat yang sama. Contoh 2 orang yang berbelanja di toko yang sama dan dengan
barang yang sama. Tingkah laku yang sama ini tidak selalu hasil tiruan maka
tidak dibahas lebih lanjut oleh pembuat teori.
b. Tingkah laku Tergantung (Matched
Dependent Behavior)
Tingkah laku ini timbul dalam
interaksi antara 2 pihak dimana salah satu pihak mempunyai kelebihan (lebih
pandai, lebih mampu, lebih tua, dan sebagainya) dari pihak yang lain. Dalam hal
ini, pihak yang lain atau pihak yang kurang tersebut akan menyesuaikan tingkah
laku (match) dan akan tergantung (dependent) pada pihak yang lebih.
Misalnya kakak adik yang sedang
bermain menunggu ibunya pulang dari pasar. Biasanya ibu mereka membawa coklat.
Terdengar ibunya pulang, kakak segera menjemput ibunya kemudian diikuti oleh
adiknya. Ternyata mereka mendapatkan coklat (ganjaran). Adiknya yang semula
hanya meniru tingkah laku kakaknya, dilain waktu meskipun kakaknya tidak ada,
ia akan lari menjemput ibunya yang baru pulang dari pasar.
b.
Tingkah
Laku Salinan (Copying Behavior)
Seperti
tingkah laku tergantung, pada tingkah laku salinan, peniru bertingkah laku atas
dasar isyarat yang berupa tingkah laku pula yang diberikan oleh model. Demikian
juga dalam tingkah laku salinan ini, pengaruh ganjaran dan hukuman sangat besar
terhadap kuat atau lemahnya tingkah laku tiruan.
Perbedaannya dengan tingkah laku tergantung
adalah dalam tingkah laku tergantung ini si peniru hanya bertingkah laku
terhadap isyarat yang diberikan oleh model pada saat itu saja. Sedangkan pada
tingkah laku salinan, si peniru memperhatikan juga tingkah laku model di masa
yang lalu maupun yang akan dilakukan di waktu mendatang.
Hal ini berarti perkiraan tentang
tingkah laku model dalam kurun waktu yang relatif panjang ini akan dijadikan
patokan oleh di peniru untuk memperbaiki tingkah lakunya sendiri dimasa yang
akan datang sehingga lebih mendekati tingkah laku model.
5.
Teori
Belajar Sosial dari Bandura dan Walter
Teori
belajar sosial yang dikemukakan Bandura dan Walter ini disebut teori proses
pengganti. Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku tiruan adalah suatu bentuk
asosiasi dari rangsang dengan rangsang lainnya. Penguat (reinforcement) memang
memperkuat tingkah laku balas (respons) tetapi dalam proses belajar sosial, hal
ini tidak terlalu penting.
Aplikasi
teori ini adalah apabila seseorang melihat suatu rangsang dan ia melihat model
bereaksi secara tertentu terhadap rangsang itu maka dalam khayalan atau
imajinasi orang tersebut, terjadi rangkaian simbol-simbol yang menggambarkan
rangsang dari tingkah laku tersebut. Rangkaian simbol-simbol ini merupakan
pengganti dari hubungan rangsang balas yang nyata dan melalui asosiasi, si
peniru akan melakukan tingkah laku yang sama dengan tingkah laku model.
Terlepas
dari ada atau tidak adanya rangsang, proses asosiasi tersembunyi ini sangat
dibantu oleh kemampuan verbal seseorang. Selain dari itu, dalam proses ini
tidak ada cara-coba dan ralat (trial and error) yang berupa tingkah laku nyata
karena semuanya berlangsung secara tersembunyi dalam diri individu.
Hal yang
penting disini adalah pengaruh tingkah laku model pada tingkah laku peniru.
Menurut Bandura, pengaruh tingkah laku model terhadap tingkah laku peniru ini
dibedakan menjadi 3 macam, yakni :
a. Efek modeling (modelling effect),
yaitu peniru melakukan tingkah-tingkah laku
baru
melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model.
b. Efek menghambat (inhibition) dan
menghapus hambatan (disinhibition) dimana
tingkah-tingkah
laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku model dihambat timbulnya sedangkan
tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya
sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata.
c. Efek kemudahan (facilitation
effect), yaitu tingkah-tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru
lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.
Akhirnya
bandura dan Walter menyatakan bahwa teori proses pengganti ini dapat pula
menerangkan gejala timbulnya emosi pada peniru yang sama dengan emosi yang ada
pada model. Contohnya seseorang yag mendengar atau melihat gambar tentang
kecelakaan yang mengerikan maka ia berdesis, menyeringai bahkan sampai menangis
ikut merasakan penderitaan tersebut.
2.1.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
2.1.5
|
Di dalam
kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni masukan (input), proses, dan keluaran (output). Persoalan masukan menyangkut
subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.
Persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan
pada diri subjek belajar. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu
sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek
belajar.
Beberapa
ahli pendidikan, antara lain J.Guilbert, mengelompokkan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar ke dalam empat kelompok besar, yakni faktor materi,
lingkungan, instrumental, dan faktor individual subjek belajar. Faktor , yang
pertama, materi ikut menentukan proses dan hasil belajar. Misalnya belajar
pengetahuan. Faktor yang kedua adalah lingkungan yang dikelompokkan menjadi dua
yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik diantaranya
suhu,kelembaban udara, dan kondisi tempat belajar. Sedangkan contoh lingkungan
sosial adalah manusia dengan segala interaksinya. Faktor yang ketiga,
instrumental, yang terdiri dari perangkat keras (hardware), dan perangkat lunak (software).
Faktor yang keempat, kondisi individual subjek belajar yang dibedakan ke dalam
kondisi fisiologis seperti kekurangan gizi.
2.1.6
Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip 1
Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi dalam diri si
pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri. Belajar bukan berarti
melakukan apa yang dikatakan atau yang diperbuat oleh
pengajar saja tetapi suatu proses perubahan yang unik di dalam diri si pelajar.
Oleh karena itu mengajar bukan berarti memaksakan sesuatu terhadap si pelajar,
tetapi menciptakan suasana sehingga si pelajar mau melakukan dengan kemauan
sendiri apa yang dikehendaki oleh si pengajar.
Prinsip 2
Belajar adalah penemuan diri sendiri. Belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan diri
sendiri dan masyarakat sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan
yang akan dicapai.Implikasi prinsip ini adalah bahwa proses pendidikan
kesehatan ini akan lebih baik apabila yang disediakan rangsangan-rangsangan
saja.
Prinsip 3
Belajar adalah suatu konsekuensi dari pengalaman. Ia menjadi atau dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan
pernah berdiri sendiri. Kita tidak cukup hanya dengan mengatakan bahwa
imunisasi bagi anak penting, tetapi juga dengan memberikan imunisasi kepada
anak sehingga orang tua akan memperoleh pengalaman.
Prinsip 4
Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi. Kerja sama akan memperkuat proses belajar. Implikasi prinsip ini di
dalam pendidikan kesehatan adalah dengan pembentukan kelompok dan diskusi
kelompok akan sangat mempermudah proses belajar.
Prinsip 5
Belajar adalah proses evolusi.
Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama. Untuk itu dalam melakukan
pendidikan kesehatan hasilnya tidak dapat kita peroleh dengan segera, dan tidak
boleh tergesa gesa, tetapi memerlukan kesabaran.
Prinsip 6
Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses yang
menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaan yang sangat
menyenangkan dan sangat berharga bagi dirinya dan mungkin harus melepaskan
sesuatu yang menjadi jalan hidup.
Prinsip 7
Belajar adalah proses emosional dan intelektual. Belajar dipengaruhi oleh keadaan individu secara keseluruhan. Belajar
bukan hanya proses intelektual, tetapi emosi juga tutur menentukan. Oleh karena
itu hasil belajar sangat ditentukan oleh situasi psikologis individu pada saat
belajar.
Prinsip 8
Belajar bersifat individual dan unik. Setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan sendiri dalam belajar.
Untuk itu kita harus menyediakan media belajar yang bermacam macam sehingga
tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan keunikan dan
gaya masing-masing.
2.2 Pendidikan Kesehatan
2.2.1
Pengertian pendidikan kesehatan
Sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang
berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat dan ras.
Proses perubahan perilaku kesehatan yang dinamis,
bukan hanya proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan
pula seperangkat prosedur.
Profesi yang mendidik masyarakat tentang kesehatan.
wilayah di dalam profesi ini meliputi kesehatan lingkungan, kesehatan fisik,
kesehatan sosial, kesehatan emosional, kesehatan intelektual, dan kesehatan
rohani. Hal ini dapat didefinisikan sebagai prinsip dengan mana individu dan
kelompok orang belajar untuk berperilaku dengan cara yang kondusif untuk
promosi, pemeliharaan, atau restorasi kesehatan.
2.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
1. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yg bernilai di
masyarakat
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau
kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat
sarana pelayanan kesehatan yang ada
2.2.3 Pendidikan
kesehatan dan perilaku manusia
1.
Batasan
perilaku
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus
(rangsangan) dan respon atau reaksi, disebut teori “s-o-r” atau stimulus organisme respons.
Skiner
membedakan adanya dua respons, yaitu :
a. Respondent respons atau
reflexive, yakni respons
yg ditimbulkan stimulus tertentu yaitu elicting
stimulation yang menimbulkan respons yg relatif tetap, misal : makanan
lezat menimbulkan nafsu makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup
b. Operant respons /
instrumental respons, yakni
respons yg timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yaitu reinforcer yg dpt memperkuat respons,
misal : petugas kesehatan yg dpt melaksanakan tugas yg baik kemudian memperoleh
penghargaan, maka petugas tsb akan lebih baik lagi dlm menjalankan tugas
2.
Proses
adopsi perilaku
Teori
perubahan perilaku menurut rogers (1974):
a. Awareness (kesadaran), yakni individu menyadari adanya stimulus
yang datang terlebih dahulu
b. Interest (perhatian/tertarik), individu mulai tertarik dengan
adanya stimulus yang masuk
c. Evaluation (menilai), individu mulai menimbang-nimbang baik dan
buruknya apabila mengikuti stimulus tersebut.
d. Trial (mencoba) individu mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption (menerima), individu telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
2.2.4
Prinsip
pendidikan kesehatan
1.
Belajar mengajar berfokus pada klien
Pendidikan kesehatan adalah hubungan terapeutik yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik. Klien dengan isu kesehatan apapun membutuhkan atau dilibatkan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Klien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada petugas kesehatan.
2.
Belajar mengajar bersifat holistik
Dalam
memberikan pendidikan kesehatan harus dipertimbangkan klien secara keseluruhan, tidak hanya berfokus pada spesifik saja. Petugas kesehatan
dan klien saling berbagi pengalaman, perasaan, keyakinan dan filosofi
personal.
3.
Belajar mengajar negosiasi
Petugas
kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa
yang penting untuk diketahui. Jika sudah ditentukan kemudian dibuat
perencanaan yg dikembangkan berdasarkan masukan dari klien dan petugas
kesehatan
4.
Belajar mengajar yang interaktif
Pendidikan Kesehatan adalah suatu proses yang dinamis dan interaktif yang melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan
klien
2.2.5 Ruang lingkup pendidikan
kesehatan
Dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain :
dimensi sasaran pendidikan kesehatan,
tempat pelaksanaan dan tingkat pelayanan kesehatan.
1. Sasaran pendidikan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan individual
b. Pendidikan kesehatan kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyarakat
2. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan di sekolah
b.
Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja
3. Tingkat pelayanan
pendidikan kesehatan berdasarkan five levels of prevention (leavel & clark), yaitu:
a. Promosi kesehatan (health promotion), misal: peningkatan gizi
b. Perlindungan khusus (specific protection), misal : immunisasi,
perlindungan kecelakaan tempat kerja
c.
Diagnosa
dini dan pengobatan segera
(early diagnosis and prompt treatment), misal : pencarian kasus, surveillance,
pencegahan penyebaran
penyakit menular
d. Pembatasan kecacatan (disability limitation) misal : perawatan
untuk menghentikan penyakit, pencegahan komplikasi lbh lanjut
e. Pemulihan (rehabilitation), misal : latihan penderita
patah tulang, pendidikan masyarakat utk menggunakan tenaga
cacat
2.2.6 Tipe-tipe Pendidikan Kesehatan
Dalam
bidang kesehatan masyarakat, teradapat tiga macam tipe belajar yang biasa
dihadapi petugas kesehatan, yaitu : program
kebutuhan (require program), program rekomendasi (recommended program), program kelola diri(self directed
program).
1. Program kebutuhan (require)
Situasi yg membutuhkan (require) suatu tindakan / sikap
tetentu utk dipelajari, biasanya berlangsung cepat krn individu tdk diberi
alternatif lain. Dlm hal ini tim kesehatan harus merumuskan pendidikan dan
kriteria keberhasilan program
2. Program rekomendasi (recommended)
Dalam situasi ini perilaku tertentu disarankan utk
dipelajari, anggota masyarakat yg
dijadikan sasaran pendidikan boleh menerima perilaku yg disarankan itu
3. Program kelola diri (self directed)
Tujuan yang akan dicapai harus ditentukan sendiri oleh
sasaran pendidikan, petugas kesehatan hanya memberi bantuan petunjuk,
pengarahan dan bimbingan kepada masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar adalah usaha untuk menguasai
segala sesuatu yang berguna untuk hidup atau suatu proses dimana organisme
berubah perilakunya akibat suatu pengalaman yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain keberhasilan belajar
didasarkan oleh tujuan belajar, teori pembelajaran, faktor – faktor pendukung
proses belajar, prinsip-prinsip pembelajaran
Proses pembelajaran dalam kesehatan adalah
sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang
berhubungan dengan kesehatan individu, kelompok, masyarakat dan ras meliputi
kesehatan lingkungan, kesehatan fisik, kesehatan sosial, kesehatan emosional,
kesehatan intelektual, dan kesehatan rohani., proses perubahan perilaku
kesehatan yang dinamis, bukan hanya proses pemindahan materi dari seseorang ke
orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur akan tetapi menjadiakan
kesehatan sebagai suatu yg
bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau
kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat
dan mendorong
pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Gagne (1984 ) dalam Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT
Rineka Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Susilana Rudi, Riyana Cepi.2007.Media Pembelajaran.CV Wacana Prima.Bandung.
Skiner (1938;43) dalam Notoatmodjo,Soekidjo.
2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar