Profil

Senin, 01 Oktober 2012

Proses Belajar Dalam Pendidikan Kesehatan


BAB I
 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mempengaruhi siswa. Faktor-faktor ini umumnya dapat dibagi  enjadi dua kelompok yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang menunjang pembelajaran, seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik pancaindra, dan skema berpikir. Faktor ekstern merupakan segala sesuatu yang berasal dari luar diri siswa yang mengkondisikannya dalam pembelajaran, seperti pengalaman, lingkungan sosial, metode belajar-mengajar, strategi belajar-mengajar, fasilitas belajar dan dedikasi guru. Keberhasilannya mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya.
            Proses belajar dalm pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam empat kelompok besar, yakni faktor materi, lingkungan, instrumental, dan faktor individual subjek belajar. Sedangkan tujuan Proses Belajar dalam Kesehatan adalah menjadikan kesehatan sebagai suatu yg bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami jelaskan di sini sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan proses belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan kesehatan?
3. Bagaimana proses belajar dalam pendidikan kesehatan?


1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, antara lain :
1.      Agar mahasiswa mengetahui tentang proses belajar
2.      Agar mahasiswa mengetahui tentang pendidikan kesehatan
3.      Agar mahasiswa mengetahui bagaimana proses belajar dalam pendidikan kesehatan

 BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Proses Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
·  Arti belajar dalam konsep Amerika
Menurut konsep Amerika, pengajaran diperlukan untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat.
·  Arti belajar dalam konsep Eropa
Arti belajar agak sempit, hanya mencakup menghapal, mengingat, dan mereproduksi sesuatu yang dipelajari
·  Arti belajar dalam konsep umum
Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup. Menurut Gagne (1984 ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman.

2.1.2   Ciri-Ciri Belajar
1.      Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial.
2.      Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama.
3.      Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan.

2.1.3   Teori dalam Proses Belajar
1.      Teori Belajar Gestalt
Beranggapan bahwa setiap fenomena terdiri dari suatu kesatuan esensial yang melebihi jumlah dari unsur-unsurnya.Bahwa keseluruhan(gestalt) itu tidak sama dengan penjumlahan.Keseluruhan itu lebih dari bagian-bagiannya.Selanjutnya para ahli psikologi gestalt menyimpulkan bahwa seseorang dikatakan belajar apabila ia memperoleh,pemahaman dalam situasi yang problematis.Untuk memperoleh pemahaman itu,kita harus berhadapan dengan problem solving.
2.      Teori Belajar Menghafal Dan Mental Disiplin
a.       Teori menghafal
Belajar adalah menghafal, dan menghafal adalah usaha mengumpulkan pengetahuan melalui pembeoan untuk kemudian digunakan bilamana diperlukan.Dalam teori ini, orang yang sedang belajar disepertikan dengan burung beo.Teori ini tidak seluruhnya benar sebab dalam proses belajar, subyek belajar adalah manusia yang dapat berpikir dan mempunyai tujuan,yakni terjadinya hal-hal baru yang bermanfaat pada dirinya.
b.      Teori mental disiplin
Menurut teori ini belajar adalah mendisiplinkan mental. Disiplin mental ini,dapat diperoleh melalui latihan terus menerus secara kontinu,berencana dan teratur.Berdasarkan teori,manusia mempunyai beberapa jenis daya,seperti daya pikir,daya fantasi,daya tangkap,daya ingat,daya mengamati dan sebagainya.Daya-daya tersebut diperkuat,dikembangkan dan dipertajam melalui latihan-latihan tertentu.Dalam melatih daya pikir,ada dua faktor penting.
·         Faktor asah otak
Gambaran yang ekstrem tentang latihan daya pikir ini ibarat pisau yang perlu selalu diasah supaya tetap tajam,sehingga siap dipergunakan sewaktu-waktu.Demikian pula hasil latihan daya pikir dalam berbagai bidang studi bukan saja untuk menguasai bidang studi itu an sich, tetapi daya yang sudah terlatih itu dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah apa saja yang ditemukan dalam segala bidang kehidupan.
·         Faktor transfer
Dalam kehidupan sehari-hari faktor transfer sering di jumpai di dalam belajar tentang suatu keterampilan ata pengetahuan yang lain. Dengan kata lain, ketika kita mempelajari sesuatu yang baru, akan dipermudah dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki.

3.      Teori Asosiasi
Teori ini dirintis oleh John Lock dan Herbart. Menurut teori ini belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabung-gabungkan tanggapan dengan jalan mengulang-ulang.Yang dimaksud dengan tanggapan di sini adalah suatu lukisan yang timbul dalam jiwa sesudah diadakan pengamatan.
Jadi,belajar ialah mengulang-ulang di dalam mengasosiasikan tanggapan-tanggapan, sehingga reproduksi yang satu dapat menyebabkan reproduksi yang lain dalam ingatan kita.
Konsekuensi dari teori ini adalah bahwa pengajar harus sebanyak mugkin memberikan stimulus (S) kepada subjel belajar untuk menimbulkan respons (R).
4.      Teori Belajar Sosial (Social Learning)
Untuk melangsung kehidupan, manusia perlu belajar. Dalam hal ini ada 2 macam belajar, yaitu belajar secara fisik, misalnya menari, olah raga, mengendarai mobil, dan sebagainya, dan belajar psikis.
Dalam belajar psikis ini termasuk juga belajar sosial (social learning) dimana seseorang mempelajari perannya dan peran-peran orang lain dalam konteks sosial. Selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya dengan peran orang lain atau peran sosial yang telah dipelajari.
Cara yang sangat penting dalam belajar sosial menurut teori stimulus-respons adalah tingkah laku tiruan (imitation). Teori dengan tingkah laku tiruan yang penting disajikan disini adalah teori dari Millers, NE dan Dollard, serta teori Bandura A. dan Walter RH.
a.       Teori Belajar Sosial dan Tiruan Dari Millers dan Dollard
Pandangan Millers dan Dollard bertitik tolak pada teori Hull yang kemudian dikembangkan menjadi teori tersendiri. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu merupakan hasil belajar. Oleh karena itu untuk memahami tingkah laku sosial dan proses belajar sosial, kita harus mengetahui prinsip-prinsip psikologi belajar.
Prinsip belajar itu terdiri dari 4, yakni dorongan (drive), isyarat (cue), tingkah laku balas (respons), dan ganjaran (reward). Keempat prinsip ini saling mengait satu sama lain, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi respons, respons menjadi ganjaran, dan seterusnya.
Dorongan adalah rangsangan yang sangat kuat terhadap organisme (manusia) untuk bertingkah laku. Stimulus-stimulus yang cukup kuat pada umumnya bersifat biologis seperti lapar, haus, seks, kejenuhan, dan sebagainya. Stimulus-stimulus ini disebut dorongan primer yang menjadi dasar utama untuk motivasi. Menurut Miller dan Dollard semua tingkah laku (termasuk tingkah laku tiruan) didasari oleh dorongan-dorongan primer ini.
Isyarat adalah rangsangan yang menentukan bila dan dimana suatu respons akan timbul dan terjadi. Isyarat ini dapat disamakan dengan rangsangan diskriminatif. Didalam belajar sosial, isyarat yang terpenting adalah tingkah laku orang lain, baik yang langsung ditujukan orang tertentu maupun yang tidak, misalnya anggukan kepala merupakan isyarat untuk setuju, uluran tangan merupakan isyarat untuk berjabat tangan.
Mengenai tingkah laku balas (respons), mereka berpendapat bahwa manusia mempunyai hirarki bawaan tingkah laku. Pada saat manusia dihadapkan untuk pertama kali kepada suatu rangsangan tertentu maka respons (tingkah laku balas) yang timbul didasarkan pada hirarki bawaan tersebut. Setelah beberapa kali terjadi ganjaran dan hukuman maka tingkah laku balas yang sesuai dengan faktor-faktor penguat tersebut disusun menjadi hirarki resultan (resultant hierarchy of respons).
Disinilah pentingnya belajar dengan coba-coba dan ralat (trial and error learning). Dalam tingkah laku sosial, belajar coba-ralat dikurangi dengan belajar tiruan dimana seseorang tinggal meniru tingkah laku orang lain untuk dapat memberikan respons yang tepat. Sehingga ia tidak perlu membuang waktu untuk belajar dengan coba-ralat.
Ganjaran adalah rangsang yang menetapkan apakah tingkah laku balas diulang atau tidak dalam kesempatan yang lain. Menurut Miller dan Dollard ada 2 reward atau ganjaran, yakni ganjaran primer yang memenuhi dorongan-dorongan primer dan ganjaran sekunder yang memenuhi dorongan-dorongan sekunder.
Lebih lanjut mereka membedakan 3 macam mekanisme tingkah laku tiruan, yakni :
a.. Tingkah Laku Sama
Tingkah laku ini terjadi pada 2 orang yang bertingkah laku balas (respons) sama terhadap rangsangan atau isyarat yang sama. Contoh 2 orang yang berbelanja di toko yang sama dan dengan barang yang sama. Tingkah laku yang sama ini tidak selalu hasil tiruan maka tidak dibahas lebih lanjut oleh pembuat teori.
b. Tingkah laku Tergantung (Matched Dependent Behavior)
Tingkah laku ini timbul dalam interaksi antara 2 pihak dimana salah satu pihak mempunyai kelebihan (lebih pandai, lebih mampu, lebih tua, dan sebagainya) dari pihak yang lain. Dalam hal ini, pihak yang lain atau pihak yang kurang tersebut akan menyesuaikan tingkah laku (match) dan akan tergantung (dependent) pada pihak yang lebih.
Misalnya kakak adik yang sedang bermain menunggu ibunya pulang dari pasar. Biasanya ibu mereka membawa coklat. Terdengar ibunya pulang, kakak segera menjemput ibunya kemudian diikuti oleh adiknya. Ternyata mereka mendapatkan coklat (ganjaran). Adiknya yang semula hanya meniru tingkah laku kakaknya, dilain waktu meskipun kakaknya tidak ada, ia akan lari menjemput ibunya yang baru pulang dari pasar.
b.         Tingkah Laku Salinan (Copying Behavior)
Seperti tingkah laku tergantung, pada tingkah laku salinan, peniru bertingkah laku atas dasar isyarat yang berupa tingkah laku pula yang diberikan oleh model. Demikian juga dalam tingkah laku salinan ini, pengaruh ganjaran dan hukuman sangat besar terhadap kuat atau lemahnya tingkah laku tiruan.
Perbedaannya dengan tingkah laku tergantung adalah dalam tingkah laku tergantung ini si peniru hanya bertingkah laku terhadap isyarat yang diberikan oleh model pada saat itu saja. Sedangkan pada tingkah laku salinan, si peniru memperhatikan juga tingkah laku model di masa yang lalu maupun yang akan dilakukan di waktu mendatang.
Hal ini berarti perkiraan tentang tingkah laku model dalam kurun waktu yang relatif panjang ini akan dijadikan patokan oleh di peniru untuk memperbaiki tingkah lakunya sendiri dimasa yang akan datang sehingga lebih mendekati tingkah laku model.
5.      Teori Belajar Sosial dari Bandura dan Walter
Teori belajar sosial yang dikemukakan Bandura dan Walter ini disebut teori proses pengganti. Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku tiruan adalah suatu bentuk asosiasi dari rangsang dengan rangsang lainnya. Penguat (reinforcement) memang memperkuat tingkah laku balas (respons) tetapi dalam proses belajar sosial, hal ini tidak terlalu penting.
Aplikasi teori ini adalah apabila seseorang melihat suatu rangsang dan ia melihat model bereaksi secara tertentu terhadap rangsang itu maka dalam khayalan atau imajinasi orang tersebut, terjadi rangkaian simbol-simbol yang menggambarkan rangsang dari tingkah laku tersebut. Rangkaian simbol-simbol ini merupakan pengganti dari hubungan rangsang balas yang nyata dan melalui asosiasi, si peniru akan melakukan tingkah laku yang sama dengan tingkah laku model.
Terlepas dari ada atau tidak adanya rangsang, proses asosiasi tersembunyi ini sangat dibantu oleh kemampuan verbal seseorang. Selain dari itu, dalam proses ini tidak ada cara-coba dan ralat (trial and error) yang berupa tingkah laku nyata karena semuanya berlangsung secara tersembunyi dalam diri individu.
Hal yang penting disini adalah pengaruh tingkah laku model pada tingkah laku peniru. Menurut Bandura, pengaruh tingkah laku model terhadap tingkah laku peniru ini dibedakan menjadi 3 macam, yakni :
a.       Efek modeling (modelling effect), yaitu peniru melakukan tingkah-tingkah laku
baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model.
b.      Efek menghambat (inhibition) dan menghapus hambatan (disinhibition) dimana
tingkah-tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku model dihambat timbulnya sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata.
c.       Efek kemudahan (facilitation effect), yaitu tingkah-tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.
Akhirnya bandura dan Walter menyatakan bahwa teori proses pengganti ini dapat pula menerangkan gejala timbulnya emosi pada peniru yang sama dengan emosi yang ada pada model. Contohnya seseorang yag mendengar atau melihat gambar tentang kecelakaan yang mengerikan maka ia berdesis, menyeringai bahkan sampai menangis ikut merasakan penderitaan tersebut.

2.1.4   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
2.1.5  






G
 















Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni masukan (input), proses, dan keluaran (output). Persoalan masukan menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar.
            Beberapa ahli pendidikan, antara lain J.Guilbert, mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ke dalam empat kelompok besar, yakni faktor materi, lingkungan, instrumental, dan faktor individual subjek belajar. Faktor , yang pertama, materi ikut menentukan proses dan hasil belajar. Misalnya belajar pengetahuan. Faktor yang kedua adalah lingkungan yang dikelompokkan menjadi dua yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik diantaranya suhu,kelembaban udara, dan kondisi tempat belajar. Sedangkan contoh lingkungan sosial adalah manusia dengan segala interaksinya. Faktor yang ketiga, instrumental, yang terdiri dari perangkat keras (hardware), dan perangkat lunak (software). Faktor yang keempat, kondisi individual subjek belajar yang dibedakan ke dalam kondisi fisiologis seperti kekurangan gizi.

2.1.6        Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip 1
Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi dalam diri si pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri. Belajar bukan berarti melakukan apa yang dikatakan atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi suatu proses perubahan yang unik di dalam diri si pelajar. Oleh karena itu mengajar bukan berarti memaksakan sesuatu terhadap si pelajar, tetapi menciptakan suasana sehingga si pelajar mau melakukan dengan kemauan sendiri apa yang dikehendaki oleh si pengajar.
Prinsip 2
Belajar adalah penemuan diri sendiri. Belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan diri sendiri dan masyarakat sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai.Implikasi prinsip ini adalah bahwa proses pendidikan kesehatan ini akan lebih baik apabila yang disediakan rangsangan-rangsangan saja.
Prinsip 3
           Belajar adalah suatu konsekuensi dari pengalaman. Ia menjadi atau dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan pernah berdiri sendiri. Kita tidak cukup hanya dengan mengatakan bahwa imunisasi bagi anak penting, tetapi juga dengan memberikan imunisasi kepada anak sehingga orang tua akan memperoleh pengalaman.
Prinsip 4
Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi. Kerja sama akan memperkuat proses belajar. Implikasi prinsip ini di dalam pendidikan kesehatan adalah dengan pembentukan kelompok dan diskusi kelompok akan sangat mempermudah proses belajar.
Prinsip 5
        Belajar adalah proses evolusi. Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama. Untuk itu dalam melakukan pendidikan kesehatan hasilnya tidak dapat kita peroleh dengan segera, dan tidak boleh tergesa gesa, tetapi memerlukan kesabaran.
Prinsip 6
Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses yang menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaan yang sangat menyenangkan dan sangat berharga bagi dirinya dan mungkin harus melepaskan sesuatu yang menjadi jalan hidup.
Prinsip 7
Belajar adalah proses emosional dan intelektual. Belajar dipengaruhi oleh keadaan individu secara keseluruhan. Belajar bukan hanya proses intelektual, tetapi emosi juga tutur menentukan. Oleh karena itu hasil belajar sangat ditentukan oleh situasi psikologis individu pada saat belajar.
Prinsip 8
Belajar bersifat individual dan unik. Setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan sendiri dalam belajar. Untuk itu kita harus menyediakan media belajar yang bermacam macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan keunikan dan gaya masing-masing.

2.2 Pendidikan Kesehatan
            2.2.1 Pengertian pendidikan kesehatan
Sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat dan ras.
Proses perubahan perilaku kesehatan yang dinamis, bukan hanya proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.
Profesi yang mendidik masyarakat tentang kesehatan. wilayah di dalam profesi ini meliputi kesehatan lingkungan, kesehatan fisik, kesehatan sosial, kesehatan emosional, kesehatan intelektual, dan kesehatan rohani. Hal ini dapat didefinisikan sebagai prinsip dengan mana individu dan kelompok orang belajar untuk berperilaku dengan cara yang kondusif untuk promosi, pemeliharaan, atau restorasi kesehatan.  
2.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
1.      Menjadikan kesehatan sebagai suatu yg bernilai di masyarakat
2.      Menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat
3.      Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada
2.2.3 Pendidikan kesehatan dan perilaku manusia
1.      Batasan perilaku
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon atau reaksi, disebut teori “s-o-r” atau stimulus organisme respons.
                        Skiner membedakan adanya dua respons, yaitu :
a. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yg ditimbulkan stimulus tertentu yaitu elicting stimulation yang menimbulkan respons yg relatif tetap, misal : makanan lezat menimbulkan nafsu makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup
b. Operant respons / instrumental respons, yakni respons yg timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yaitu reinforcer yg dpt memperkuat respons, misal : petugas kesehatan yg dpt melaksanakan tugas yg baik kemudian memperoleh penghargaan, maka petugas tsb akan lebih baik lagi dlm menjalankan tugas
2.      Proses adopsi perilaku
                        Teori perubahan perilaku menurut rogers (1974):
a. Awareness (kesadaran), yakni individu menyadari adanya stimulus yang  datang terlebih dahulu
b. Interest (perhatian/tertarik), individu mulai tertarik dengan adanya stimulus yang masuk
c. Evaluation (menilai), individu mulai menimbang-nimbang baik dan buruknya apabila mengikuti stimulus tersebut.
d.  Trial (mencoba) individu mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption (menerima), individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
2.2.4        Prinsip pendidikan kesehatan
1.    Belajar mengajar berfokus pada klien
Pendidikan kesehatan adalah hubungan terapeutik yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik. Klien dengan isu kesehatan apapun membutuhkan atau dilibatkan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Klien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada petugas kesehatan.
2.    Belajar mengajar bersifat holistik
Dalam memberikan pendidikan kesehatan harus dipertimbangkan klien secara keseluruhan, tidak hanya berfokus pada spesifik saja. Petugas kesehatan dan klien saling berbagi pengalaman, perasaan, keyakinan dan filosofi personal. 
3.    Belajar mengajar negosiasi
Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. Jika sudah ditentukan kemudian dibuat perencanaan yg dikembangkan berdasarkan masukan dari klien dan petugas kesehatan
4.    Belajar mengajar yang interaktif
Pendidikan Kesehatan adalah suatu proses yang dinamis dan interaktif yang melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan klien
2.2.5 Ruang lingkup pendidikan kesehatan
Dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain : dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan dan tingkat pelayanan kesehatan.
1.   Sasaran pendidikan kesehatan
       a. Pendidikan kesehatan individual
       b. Pendidikan kesehatan kelompok
                            c. Pendidikan kesehatan masyarakat
 2.   Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan
          a. Pendidikan kesehatan di sekolah
          b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan
         c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja
3. Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan berdasarkan five levels of   prevention (leavel & clark), yaitu:
a.  Promosi kesehatan (health promotion), misal: peningkatan gizi
b. Perlindungan khusus (specific protection), misal : immunisasi,  perlindungan kecelakaan tempat kerja
c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt  treatment), misal : pencarian kasus, surveillance, pencegahan penyebaran penyakit menular
d.   Pembatasan kecacatan (disability limitation) misal : perawatan untuk menghentikan penyakit, pencegahan komplikasi lbh lanjut
e. Pemulihan (rehabilitation), misal : latihan penderita patah tulang, pendidikan masyarakat utk menggunakan tenaga cacat
2.2.6 Tipe-tipe Pendidikan Kesehatan
Dalam bidang kesehatan masyarakat, teradapat tiga macam tipe belajar yang biasa dihadapi petugas kesehatan, yaitu : program kebutuhan (require program), program rekomendasi (recommended program), program kelola diri(self directed program).
1.   Program kebutuhan (require)
     Situasi yg membutuhkan (require) suatu tindakan / sikap tetentu utk dipelajari, biasanya berlangsung cepat krn individu tdk diberi alternatif lain. Dlm hal ini tim kesehatan harus merumuskan pendidikan dan kriteria keberhasilan program
2.   Program rekomendasi (recommended)
            Dalam situasi ini perilaku tertentu disarankan utk dipelajari,  anggota masyarakat yg dijadikan sasaran pendidikan boleh menerima perilaku yg disarankan itu
3.   Program kelola diri (self directed)
            Tujuan yang akan dicapai harus ditentukan sendiri oleh sasaran pendidikan, petugas kesehatan hanya memberi bantuan petunjuk, pengarahan dan bimbingan kepada masyarakat.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup atau suatu proses dimana organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain keberhasilan belajar didasarkan oleh tujuan belajar, teori pembelajaran, faktor – faktor pendukung proses belajar, prinsip-prinsip pembelajaran
Proses pembelajaran dalam kesehatan adalah sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu, kelompok, masyarakat dan ras meliputi kesehatan lingkungan, kesehatan fisik, kesehatan sosial, kesehatan emosional, kesehatan intelektual, dan kesehatan rohani., proses perubahan perilaku kesehatan yang dinamis, bukan hanya proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur akan tetapi menjadiakan kesehatan sebagai suatu yg bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat dan mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Gagne (1984 ) dalam Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Susilana Rudi, Riyana Cepi.2007.Media Pembelajaran.CV Wacana Prima.Bandung.
Skiner (1938;43) dalam Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta : Jakarta.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar