Terminal Tawangalun, Jember Jawa
Timur menjadi saksi perjuangan seorang laki-laki paruh baya yang tanpa mengenal
lelah terus melawan kejamnya hidup. Dengan melihat kondisi saat ini yang
semakin sulit mencari lapangan pekerjaan membuat laki-laki yang biasa di
panggil Haris ini bekerja seadanya demi mencukupi kebutuhan hidupnya beserta keluarganya.
Di lain pihak keahlian yang dimilikinya sangat minim, sehingga membuatnya
semakin kesulitan mencari lapangan pekerjaan.
Namun, dengan semangat yang terus terjaga, tanpa mengenal lelah dia
terus mengais rezeki di terminal tawangalun, walau dia tahu pendapatan yang
akan didapatnya tidak dapat menutupi kebutuhannya dan keluarganya.
Usia tidak menjadi penghalang baginya
untuk terus berjuang. Usia Haris saat ini sudah tidak dapat dikatakan muda
lagi. Dia lahir pada tahun 1961 sehingga saat ini dia telah berusia 52 tahun.
Dengan usia yang telah mencapai lebih dari setengah abad tersebut tentu saja membuat tenaganya sudah tidak sama
lagi dengan disaat dia muda dulu. Namun karena rasa tanggung jawabnya terhadap
keluarga membuatnya tak kenal lelah untuk terus menjajakan dagangannya di
Terminal Tawangalun, Jember.
Haris memiliki seorang istri dengan
dua orang anak yang telah berusia 19 tahun dan 7 tahun. Mereka berempat tinggal
di daerah Kalisat, Jember. Kehidupaan mereka serba kekurangan karena Haris
sebagai kepela rumah tangga hanya bekerja sebagai penjual yang setiap harinya
menjajakan dagangannya di terminal tawangalun. Ya,, “Penjual Asongan” itulah
pekerjaan yang ditekuni oleh Haris. Selain itu, haris juga sering dipanggil
untuk menjadi buruh tani. Namun pekerjaan tersebut hanya bersifat sementara
jika ada pihak yang membutuhkan tenaganya saja.
Setiap pagi, Haris memulai
rutinittasnya berangkat menuju tempat kerja yang telah 17 tahun dia datangi
yaitu terminal tawangalun. Memang sejak tahun 1997 Haris telah menggeluti
pekerjaannya sebagai penjual asongan di terminal tawangalun. Haris biasanya
berangkat dari rumah pada pukul 06.00 dengan menaiki lin untuk menuju ketempat
tujuannya dan akan kembali kerumah pada pukul 16.00.
Dari bus satu berpindah ke bus yang
lain untuk menawarkan dagangan yang dia bawa. Jenis dagangan yang haris bawa
ttidak terlalu beragam, hanya kacang dan tahu kadang-kadang kerupuk juga masuk
dalam dagangannya. Terbatasnya jenis dagangan yang dia jual, tentu saja
keuntungan yang diperoleh juga memenuhi kebutuhan. Untuk per harinya pendapatan
yang diperoleh Haris berkisar ± 20rb/hari pada hari biasa, dan ± 50rb/hari pada hari libur. Selama 17 tahun
menjadi penjual asongan haris mengaku lebih sering tidak mendapatkan kembali
modal dan bahkan merugi. Dilihat dari
pendapatan yang didapat per harinya, bila dihitung secara kumulatif maka
pendapatan yang diperolehnya dibawah UMR kota jember. Ditambah lagi pendapatan
tersebut masih merupakan pendapatan kotor. Sehingga bila dikategorikan keluarga
haris menjadi keluarga yang miskin. Hal lain yang membuat keluarga Haris tegolong
dalam keluarga miskin adalah tidak adanya kemajuan dalam hal pekerjaan yang
digelutinya selama 17 tahun.
Haris tidak berani menambah jenis
barang yang didagangkannya, karena mengaku takut dagangannya tidak laku dan
akhirnya semakin rugi. Saat ditanya mengapa dia tidak mengajukan modal ke
kekelurahan terkait program pemerintah Kredit Usaha Rakyat, dia bilang kalau
dari kekelurahan sendiri tidak menginformasikan adanya dana/modal usaha.
Dari keterangan yang diungkapkan oleh
Haris sendiri, selama menjalani pekerjaannya ini, dia mengaku tidak pernah
menderita penyakit yang berat. Sekalipun merasa tidak enak badan Haris langsung
suntik dan kembali bekerja seperti biasanya. Dia melakukan hal tersebut dengan
pertimbangan apabila dia berhenti bekerja hanya karena merasa sedikit tidak
enak badan (menurutnya) maka siapa yang nantinya akan menghasilkan uang untuk
paling tidak memberi makan keluarganya.
Setiap hari, Istri dan anak-anaknya
selalu setia menunggu kedatangannya dan berharap suaminya membawa sedikit
pundi-pundi rupiah yang nantinya dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan
keluarga mereka. Tidak hanya menunggu saja, istri haris juga berusaha membantu
suaminya dengan juga menjadi buruh tani. Anak pertamanya yang masih berusia 19
tahun juga berusaha membantu ayahnya dengan berjualan bakso kaki lima di
pinggir jalan sekitar gladak kembar. Anak pertamanya ini sayang sekali hanya
sampai lulus SD. Sehingga pekerjaan yang dapat dia jangkau yaitu sebagai
penjual sama dengan ayahnya. Sedangkan anaknya yang kedua yang bernama arisn masih
duduk di kelas 6 SD.
Banyaknya kebutuhan yang harus ditanggung
keluarga Haris salah satunya adalah menanggung biaya sekolah anaknya yang kedua
tersebut. Karena haris ingin anaknya
yang kedua ini dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin. Dengan harapan
anaknya tidak mendapatkan nasib yang sama dengan dirinya.
Haris tidak ingin nasib anak keduanya
sama dengan kakaknya yang hanya lulus SD saja. Dahulu, kakaknya tidak bernasib
baik, dia tidak dapat merasakan bangku SMP dikarenakan Haris sebagai orang
tuanya tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih
tinggi lagi. Haris mengatakan sangat menyesali hal tersebut, karena
keterbatasan biaya dia tidak dapat membuat anaknya mendapatkan pendidikan yang
tinggi.
Kurangnya biaya yang dihadapinya
memang merupakan kendala utama yang menyebabkan anak pertamanya tidak bisa
melanjutkan penndidikan. Namun, di sisi lain keluarga Haris minim sekali informasi
tentang adanya program-program dari pemerintah tentang pendidikan gratis. Dia
tidak pernah mendapatkan informasi tentang sekolah gratis, beasiswa, maupun
bantuan-bantuan dana pendidikan yang lainnya. Sehingga dia hanya pasrah dengan
keadaannya saat itu. Akibatnya anak pertamanya tidak mendapatkan pendidikan
yang maksimal. Oleh karena itu, sekarang ini Haris
dan anak pertamanya berusaha dengan giat mengumpulkan uang sedikit demi sedikit
agar dapat menyediakan biaya untuk sekolah aris. Berharap nantinya aris
bernasib lebih baik dari pada ayah dan kakaknya.
Walaupun dengan kondisi keluarganya
yang serba kekurangan dan memiliki berbagai macam keterbatasan, namun Haris selalu
mensyukuri semua yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Baginya, meskipun dalam
keadaan yang serba terbatas dan sering mendapatkan banyak cobaan yang
terpenting baginya adalah keluarganya tetap dalam keadaan utuh tanpa perpecahan
serta semangatnya untuk terus berjuang demi keluarga tetapp terjaga. Dia
menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan tentang bagaimana jalan hidup yang dia
bersama keluarganya jalani, karena dia percaya Tuhan selalu memberikan yang
terbaik kepada umatnya yang percaya dan tetap berjuang.
Penawaran Solusi
1.
Dilihat
dari kenyataan bahwa keluarga Haris tidak pernah mendapatkan informasi tentang
program-program bantuan dari pemerintah bagi masyarakat miskin maka pemerintah
harusnya terjun langsung melakukanpemantauanuntuk melihat kondisi rakyatnya tetap miskin.
Apalagi melihat Haris yang telah 17 tahun mencari nafkah namun tetap saja tidak
menunjukkan perubahan ekonomi yang signifikan. Setelah melakukan pemantauan
pemerintah harusnya mengevaluasi apakah program-programnya sudah tepat tepat
sasaran atau belum. Jika belum, seharusnya dilakukan perubahan mekanisme
pemberian bantuan, misalkan dengan mendatangi langsung masyarakat yang miskin
untuk langsung diberikan bantuan dan pemberitahuan tentang program-program yang
tengah di lakukan oleh pemerintah demi menuntaskan kemiskinan 2. Penjual asongan sperti haris dan teman-temannya yang lainnya seharusnya membentuk sebuah perkumpulan semacam koperasi yang dapat menaungi pekerjaan mereka sehingga barang yang mereka jual semakin bervariasi dengan harapan keuntungan yang nantinya mereka dapatkan bisa lebih besar serta mereka dapat menyisihkan uangnya hasil penjualannya untuk ditabung.
3. Haris seharusnya lebih aktif lagi mencari modal ke balai desa atau kelurahan serta institusi-institusi lain yang menyiapkan pemberian modal bagi masyarakat yang membutuhkan. Mengingat sekarang ini banyak sekali program-program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baiik oleh masyarakat seperti Haris. Diharapkan setelah menerima modal, pedagang asongan seperti Haris tidak terus-terusan menjadi asongan saja tapi bisa berkembang dan akhirnya memiliki kios sendiri.