Profil

Jumat, 10 Mei 2013

HARIS... TANPA PERUBAHAN, 17 TAHUN MENGAIS REZEKI DI TERMINAL



 
       Terminal Tawangalun, Jember Jawa Timur menjadi saksi perjuangan seorang laki-laki paruh baya yang tanpa mengenal lelah terus melawan kejamnya hidup. Dengan melihat kondisi saat ini yang semakin sulit mencari lapangan pekerjaan membuat laki-laki yang biasa di panggil Haris ini bekerja seadanya demi mencukupi kebutuhan hidupnya beserta keluarganya. Di lain pihak keahlian yang dimilikinya sangat minim, sehingga membuatnya semakin kesulitan mencari lapangan pekerjaan.  Namun, dengan semangat yang terus terjaga, tanpa mengenal lelah dia terus mengais rezeki di terminal tawangalun, walau dia tahu pendapatan yang akan didapatnya tidak dapat menutupi kebutuhannya dan keluarganya.
    Usia tidak menjadi penghalang baginya untuk terus berjuang. Usia Haris saat ini sudah tidak dapat dikatakan muda lagi. Dia lahir pada tahun 1961 sehingga saat ini dia telah berusia 52 tahun. Dengan usia yang telah mencapai lebih dari setengah abad tersebut  tentu saja membuat tenaganya sudah tidak sama lagi dengan disaat dia muda dulu. Namun karena rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga membuatnya tak kenal lelah untuk terus menjajakan dagangannya di Terminal Tawangalun, Jember.
    Haris memiliki seorang istri dengan dua orang anak yang telah berusia 19 tahun dan 7 tahun. Mereka berempat tinggal di daerah Kalisat, Jember. Kehidupaan mereka serba kekurangan karena Haris sebagai kepela rumah tangga hanya bekerja sebagai penjual yang setiap harinya menjajakan dagangannya di terminal tawangalun. Ya,, “Penjual Asongan” itulah pekerjaan yang ditekuni oleh Haris. Selain itu, haris juga sering dipanggil untuk menjadi buruh tani. Namun pekerjaan tersebut hanya bersifat sementara jika ada pihak yang membutuhkan tenaganya saja.
     Setiap pagi, Haris memulai rutinittasnya berangkat menuju tempat kerja yang telah 17 tahun dia datangi yaitu terminal tawangalun. Memang sejak tahun 1997 Haris telah menggeluti pekerjaannya sebagai penjual asongan di terminal tawangalun. Haris biasanya berangkat dari rumah pada pukul 06.00 dengan menaiki lin untuk menuju ketempat tujuannya dan akan kembali kerumah pada pukul 16.00.
     Dari bus satu berpindah ke bus yang lain untuk menawarkan dagangan yang dia bawa. Jenis dagangan yang haris bawa ttidak terlalu beragam, hanya kacang dan tahu kadang-kadang kerupuk juga masuk dalam dagangannya. Terbatasnya jenis dagangan yang dia jual, tentu saja keuntungan yang diperoleh juga memenuhi kebutuhan. Untuk per harinya pendapatan yang diperoleh Haris berkisar ± 20rb/hari pada hari biasa, dan  ± 50rb/hari pada hari libur. Selama 17 tahun menjadi penjual asongan haris mengaku lebih sering tidak mendapatkan kembali modal dan bahkan merugi.  Dilihat dari pendapatan yang didapat per harinya, bila dihitung secara kumulatif maka pendapatan yang diperolehnya dibawah UMR kota jember. Ditambah lagi pendapatan tersebut masih merupakan pendapatan kotor. Sehingga bila dikategorikan keluarga haris menjadi keluarga yang miskin. Hal lain yang membuat keluarga Haris tegolong dalam keluarga miskin adalah tidak adanya kemajuan dalam hal pekerjaan yang digelutinya selama 17 tahun.
     Haris tidak berani menambah jenis barang yang didagangkannya, karena mengaku takut dagangannya tidak laku dan akhirnya semakin rugi. Saat ditanya mengapa dia tidak mengajukan modal ke kekelurahan terkait program pemerintah Kredit Usaha Rakyat, dia bilang kalau dari kekelurahan sendiri tidak menginformasikan adanya dana/modal usaha.
      Dari keterangan yang diungkapkan oleh Haris sendiri, selama menjalani pekerjaannya ini, dia mengaku tidak pernah menderita penyakit yang berat. Sekalipun merasa tidak enak badan Haris langsung suntik dan kembali bekerja seperti biasanya. Dia melakukan hal tersebut dengan pertimbangan apabila dia berhenti bekerja hanya karena merasa sedikit tidak enak badan (menurutnya) maka siapa yang nantinya akan menghasilkan uang untuk paling tidak memberi makan keluarganya.
    Setiap hari, Istri dan anak-anaknya selalu setia menunggu kedatangannya dan berharap suaminya membawa sedikit pundi-pundi rupiah yang nantinya dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan keluarga mereka. Tidak hanya menunggu saja, istri haris juga berusaha membantu suaminya dengan juga menjadi buruh tani. Anak pertamanya yang masih berusia 19 tahun juga berusaha membantu ayahnya dengan berjualan bakso kaki lima di pinggir jalan sekitar gladak kembar. Anak pertamanya ini sayang sekali hanya sampai lulus SD. Sehingga pekerjaan yang dapat dia jangkau yaitu sebagai penjual sama dengan ayahnya. Sedangkan anaknya yang kedua yang bernama arisn masih duduk di kelas 6 SD.
     Banyaknya kebutuhan yang harus ditanggung keluarga Haris salah satunya adalah menanggung biaya sekolah anaknya yang kedua tersebut.  Karena haris ingin anaknya yang kedua ini dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin. Dengan harapan anaknya tidak mendapatkan nasib yang sama dengan dirinya.
Haris tidak ingin nasib anak keduanya sama dengan kakaknya yang hanya lulus SD saja. Dahulu, kakaknya tidak bernasib baik, dia tidak dapat merasakan bangku SMP dikarenakan Haris sebagai orang tuanya tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Haris mengatakan sangat menyesali hal tersebut, karena keterbatasan biaya dia tidak dapat membuat anaknya mendapatkan pendidikan yang tinggi.
    Kurangnya biaya yang dihadapinya memang merupakan kendala utama yang menyebabkan anak pertamanya tidak bisa melanjutkan penndidikan. Namun, di sisi lain keluarga Haris minim sekali informasi tentang adanya program-program dari pemerintah tentang pendidikan gratis. Dia tidak pernah mendapatkan informasi tentang sekolah gratis, beasiswa, maupun bantuan-bantuan dana pendidikan yang lainnya. Sehingga dia hanya pasrah dengan keadaannya saat itu. Akibatnya anak pertamanya tidak mendapatkan pendidikan yang maksimal. Oleh karena itu, sekarang ini Haris dan anak pertamanya berusaha dengan giat mengumpulkan uang sedikit demi sedikit agar dapat menyediakan biaya untuk sekolah aris. Berharap nantinya aris bernasib lebih baik dari pada ayah dan kakaknya.
    Walaupun dengan kondisi keluarganya yang serba kekurangan dan memiliki berbagai macam keterbatasan, namun Haris selalu mensyukuri semua yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Baginya, meskipun dalam keadaan yang serba terbatas dan sering mendapatkan banyak cobaan yang terpenting baginya adalah keluarganya tetap dalam keadaan utuh tanpa perpecahan serta semangatnya untuk terus berjuang demi keluarga tetapp terjaga. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan tentang bagaimana jalan hidup yang dia bersama keluarganya jalani, karena dia percaya Tuhan selalu memberikan yang terbaik kepada umatnya yang percaya dan tetap berjuang.
           Penawaran Solusi
1.   Dilihat dari kenyataan bahwa keluarga Haris tidak pernah mendapatkan informasi tentang program-program bantuan dari pemerintah bagi masyarakat miskin maka pemerintah harusnya terjun langsung melakukanpemantauanuntuk  melihat kondisi rakyatnya tetap miskin. Apalagi melihat Haris yang telah 17 tahun mencari nafkah namun tetap saja tidak menunjukkan perubahan ekonomi yang signifikan. Setelah melakukan pemantauan pemerintah harusnya mengevaluasi apakah program-programnya sudah tepat tepat sasaran atau belum. Jika belum, seharusnya dilakukan perubahan mekanisme pemberian bantuan, misalkan dengan mendatangi langsung masyarakat yang miskin untuk langsung diberikan bantuan dan pemberitahuan tentang program-program yang tengah di lakukan oleh pemerintah demi menuntaskan kemiskinan 
2.      Penjual asongan sperti haris dan teman-temannya yang lainnya seharusnya membentuk sebuah perkumpulan semacam koperasi yang dapat menaungi pekerjaan mereka sehingga barang yang mereka jual semakin bervariasi dengan harapan keuntungan yang nantinya mereka dapatkan bisa lebih besar serta mereka dapat menyisihkan uangnya hasil penjualannya untuk ditabung. 
3.      Haris seharusnya lebih aktif lagi mencari modal ke balai desa atau kelurahan serta institusi-institusi lain yang menyiapkan pemberian modal bagi masyarakat yang membutuhkan. Mengingat sekarang ini banyak sekali program-program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baiik  oleh masyarakat seperti Haris. Diharapkan setelah menerima modal, pedagang asongan seperti Haris tidak terus-terusan menjadi asongan saja tapi bisa berkembang dan akhirnya memiliki kios sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar